Pada 8 Mei 1902, Gunung Pelee di Pulau Martinique, Karibia, meletus dengan kekuatan yang dahsyat dan menimbulkan salah satu bencana vulkanik paling mematikan dalam sejarah. Letusan ini menghancurkan kota pelabuhan Saint-Pierre, yang kala itu dikenal sebagai “Paris dari Karibia,” dan menewaskan hampir seluruh penduduk kota dalam hitungan menit.
Latar Belakang
Pada bulan April 1902, Gunung Pelee mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik dengan mengeluarkan abu dan uap. Sejumlah kecil gempa bumi dirasakan oleh warga sekitar, dan beberapa kali terjadi letusan kecil yang membuat khawatir sebagian masyarakat. Namun, banyak yang tidak menyadari bahaya besar yang akan datang, termasuk pemerintah setempat yang tidak melakukan evakuasi massal karena menganggap kota Saint-Pierre berada pada jarak aman dari gunung.
Puncak Letusan
Pada pagi hari tanggal 8 Mei, sebuah letusan besar terjadi, yang memicu apa yang disebut sebagai “aliran piroklastik,” awan panas yang terdiri dari gas beracun, abu, dan batuan dengan suhu mencapai lebih dari 1.000°C. Aliran piroklastik ini meluncur dengan kecepatan luar biasa, menyapu seluruh kota Saint-Pierre yang terletak sekitar 7 km dari gunung. Dalam hitungan menit, kota tersebut hancur total, dan hampir 30.000 orang yang berada di Saint-Pierre tewas.
Korban Selamat
Dari seluruh penduduk kota, hanya ada sedikit orang yang selamat dari letusan tersebut. Salah satu korban yang paling terkenal adalah Ludger Sylbaris, seorang narapidana yang sedang berada di penjara bawah tanah ketika letusan terjadi. Struktur penjara yang tebal melindunginya dari aliran piroklastik, meskipun ia menderita luka bakar yang serius. Keberuntungannya membuatnya dikenal sebagai salah satu dari segelintir orang yang selamat dari bencana tersebut.
Dampak Global
Letusan Gunung Pelee menjadi berita utama di seluruh dunia, dan menimbulkan kegemparan internasional. Selain menimbulkan kehancuran yang luar biasa di Martinique, letusan ini juga menjadi salah satu peristiwa vulkanik paling banyak dipelajari oleh para ilmuwan. Mereka mulai memahami bahaya dari aliran piroklastik, yang merupakan salah satu jenis letusan vulkanik paling mematikan.
Pemulihan dan Peninggalan
Saint-Pierre, yang pernah menjadi pusat budaya dan perdagangan di Karibia, tidak pernah benar-benar pulih setelah letusan ini. Kota tersebut ditinggalkan selama beberapa tahun dan kemudian dibangun kembali dalam skala yang jauh lebih kecil. Hingga kini, reruntuhan kota yang hancur menjadi saksi bisu dari bencana yang menewaskan puluhan ribu orang dalam waktu singkat.
Letusan Gunung Pelee menjadi peringatan akan dahsyatnya kekuatan gunung berapi dan risiko yang ditimbulkannya bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Tragedi ini juga memberikan pelajaran berharga dalam studi vulkanologi dan pemahaman tentang berbagai jenis letusan serta cara untuk menghadapi bencana alam.