Letusan Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883 adalah salah satu bencana alam terbesar dan paling mematikan yang pernah tercatat dalam sejarah manusia. Berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra, letusan ini tidak hanya menghancurkan Gunung Krakatau, tetapi juga menciptakan gelombang tsunami dahsyat yang menyapu pantai-pantai di sekitarnya, menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Proses Letusan
Letusan besar Krakatau dimulai pada Mei 1883 dan memuncak pada 27 Agustus, dengan ledakan yang begitu kuat hingga terdengar sejauh 4.800 km, bahkan di Australia dan pulau-pulau kecil di Samudra Hindia. Gunung Krakatau meledak dengan kekuatan yang diperkirakan mencapai 6 pada skala Volcanic Explosivity Index (VEI), melepaskan energi yang setara dengan 200 megaton TNT—sekitar 13.000 kali kekuatan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima.
Gelombang Tsunami
Salah satu dampak paling menghancurkan dari letusan Krakatau adalah gelombang tsunami yang ditimbulkan oleh runtuhnya kaldera gunung ke dalam laut. Tsunami raksasa dengan tinggi mencapai 40 meter menghantam pesisir Jawa dan Sumatra, menghancurkan kota-kota, desa-desa, dan memakan banyak korban jiwa. Gelombang ini juga tercatat di seluruh Samudra Hindia dan bahkan sampai ke Afrika Timur, serta di pesisir barat Amerika Utara.
Dampak Global
Efek dari letusan Krakatau tidak terbatas pada kawasan lokal. Abu vulkanik dan sulfur yang terlempar ke stratosfer menyebabkan penurunan suhu global selama beberapa tahun setelah letusan. Partikel abu yang mengambang di atmosfer menciptakan matahari yang tampak kemerahan, fenomena yang dilaporkan di berbagai belahan dunia, termasuk di Eropa dan Amerika. Pada tahun-tahun berikutnya, terjadi penurunan suhu global rata-rata sekitar 1,2 derajat Celsius, mempengaruhi pola cuaca dan musim di seluruh dunia.
Kehancuran Ekosistem dan Lanskap
Letusan Krakatau meratakan hampir seluruh pulau. Dari pulau Krakatau yang semula ada, hanya sebagian kecil yang tersisa, yaitu Pulau Rakata. Vegetasi dan kehidupan hewan di sekitar pulau musnah, dan wilayah pesisir sekitar Krakatau berubah drastis akibat tsunami. Efek ekologi dari letusan ini sangat besar, dengan hancurnya ekosistem di area letusan dan pemulihan alam yang memakan waktu puluhan tahun.
Studi dan Pemantauan Vulkanik
Tragedi Krakatau memberikan pelajaran penting bagi ilmuwan tentang kekuatan destruktif gunung berapi, terutama yang berhubungan dengan tsunami. Sejak itu, para ilmuwan terus memantau aktivitas vulkanik di kawasan ini, yang akhirnya mengarah pada munculnya gunung berapi baru yang disebut Anak Krakatau, yang muncul dari sisa-sisa kaldera pada tahun 1927 dan terus aktif hingga hari ini.
Letusan Krakatau adalah salah satu peristiwa alam yang menunjukkan betapa besar kekuatan gunung berapi dalam mengubah lingkungan, mempengaruhi iklim global, dan mengakibatkan bencana kemanusiaan yang luas. Kisahnya menjadi pengingat akan dahsyatnya kekuatan alam dan dampaknya yang jauh melampaui batas geografis tempat bencana itu terjadi.