Pada tahun 1815, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Indonesia, meletus dengan kekuatan yang belum pernah tercatat sebelumnya. Letusan ini dianggap sebagai letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah manusia modern, baik dari segi kekuatan maupun dampaknya yang meluas. Letusan ini diperkirakan mencapai skala 7 pada Volcanic Explosivity Index (VEI), menjadikannya salah satu dari sedikit letusan yang mencapai tingkat “supercolossal”.
Dampak Lokal
Ketika Tambora meletus, awan debu dan abu yang luar biasa tebal menyelimuti seluruh kawasan, menyebabkan kegelapan selama berhari-hari. Suara ledakan terdengar hingga ribuan kilometer jauhnya, dan gelombang tsunami melanda wilayah pesisir. Akibat langsung dari letusan ini menewaskan sekitar 71.000 orang, baik dari letusan itu sendiri maupun dari tsunami, longsor, dan kekurangan pangan akibat gagal panen di daerah sekitarnya.
Dampak Global
Efek letusan tidak hanya dirasakan di kawasan lokal, tetapi juga di seluruh dunia. Partikel abu yang terlempar ke atmosfer menciptakan “tahun tanpa musim panas” pada 1816, dengan penurunan suhu global. Di Eropa dan Amerika Utara, musim panas yang seharusnya hangat berubah menjadi dingin dan basah, mengakibatkan gagal panen massal dan kelaparan. Fenomena cuaca yang ekstrem ini menimbulkan ketegangan sosial dan bencana kemanusiaan di berbagai wilayah.
Kehancuran Ekosistem
Ekosistem di sekitar Gunung Tambora hancur total. Flora dan fauna di Sumbawa hampir musnah, dan dampak dari penurunan suhu global mempengaruhi ekosistem di seluruh dunia. Sungai-sungai penuh dengan abu vulkanik, dan hutan-hutan pun terbakar akibat panas yang hebat dari aliran piroklastik yang turun dari gunung.
Studi Vulkanologi
Letusan Gunung Tambora juga menjadi titik penting dalam sejarah studi vulkanologi. Para ilmuwan mulai lebih memahami dampak dahsyat dari letusan supervolcanic, serta hubungan antara letusan gunung berapi dan perubahan iklim global. Sampai saat ini, Tambora tetap menjadi studi kasus penting dalam ilmu kebencanaan vulkanik.
Letusan Gunung Tambora tidak hanya menandai salah satu bencana alam paling menghancurkan yang pernah terjadi, tetapi juga memperlihatkan betapa besarnya kekuatan alam yang bisa mengubah iklim global dan peradaban manusia secara luas.